17 Jan 2014

Lomba SPEEDY TRIBUN TIMUR



Jarak Bukan Penghalang




“Jarak seharusnya bukan jadi penghalang, kan? Terkadang yang menjadi penghalang itu diri kita sendiri yang ngga mau berusaha.”

Tiba-tiba ucapan dia saat mengantarkanku pergi terputar dibenakku. Saat itu air mataku yang mengalir deras, namun kini hujan yang kian deras. Huh, bukan penghalang apanya. Untuk berkomunikasi disaat cuaca tak bersahabat seperti ini saja sudah menguras kesabaran.  

Kembali kucoba mengoneksikan internet, nihil. Sepertinya sinyal tengah terombang-ambing ditiup riuhnya angin berpadu hujan. Aku merengut, memikirkan cara lain agar bisa menghubunginya.

“Jarak seharusnya bukan jadi penghalang, kan? Terkadang yang menjadi penghalang itu diri kita sendiri yang ngga mau berusaha.”

Usaha? 

Langsung kusambar payung dan jaket tebalku. Memberanikan diri menerjang butiran air yang menghantam bumi. Ku percepat langkah menuju counter pulsa terdekat.
“Mas, provider yang koneksinya cepat dan tahan cuaca itu apa ya?” Tanyaku kepada penjaga counter.
“Memang biasanya dipakai untuk apa, Mbak?”
“Skype, browsing..”
“Coba Telkom Speedy aja Mbak, banyak testimoni pelanggan saya yang bilang speedy koneksinya memuaskan. Tapi untuk harga...”
“Ngga masalah pak, kalau harganya sebanding dengan kualitas ngga masalah. Dari pada promo ini itu tapi omong doang.”
“Haha iya Mbak. Tapi harga speedy juga terjangkau kok.”
Setelah selesai membeli yang kubutuhkan, aku kembali ke rumah. Memasang peralatan, lalu kembali mengoneksikan internet. Tak butuh waktu lama, halaman web yang kuhendaki terpampang di layar.
Aku menatap wajahnya yang kini memenuhi layar. Seperti tengah menahan kesal.
“Maaf, koneksi internetku..”
“Iya, aku tahu.”
“Hasyiiim !” Aku bersin diluar kendali.
“Kamu sakit? Hujan-hujanan ya?”
“Mungkin.”
 
“Kan udah kubilang jangan.”
“Tapi katamu kan harus usaha.”Batinku, tak urung kuucapkan.
Aku hanya tersenyum dengan hidung yang memerah, “Selamat hari kasih sayang.”
“Selamat hari kasih sayang juga. Terima kasih ya sudah mau berusaha.” Balasnya dengan jari-jarinya yang mengusap layar, berusaha meraihku, menyentuhku.
Kini bukan hanya hidungku yang memerah, tapi juga pipiku. Rupanya dia tahu, dia memang selalu tahu.



 



5 Jan 2014

Artificial Intelligence: Google Voice Search



Tentunya  kalian pernah kan memainkan game di laptop atau komputer dengan lawan komputer itu sendiri? Atau sekedar memasuki pintu Mall yang terbuka dengan sendirinya?

Ternyata itu adalah sebagian dari aplikasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yang tengah dikembangkan dan mulai banyak diterapkan untuk keperluan sehari-hari. Kecerdasan buatan sendiri pada dasarnya dimulai pada saat penemuan komputer elektronik pada tahun 1941.

Selanjutnya dikerjakanlah sebuah projek oleh John McCarthy selama dua tahun di Dartmouth. Hasilnya adalah program yang mampu berpikir non-numerik dan menyelesaikan masalah pemikiran yang dinamakan Principia Mathematica. Hal ini menjadikan McCarthy disebut sebagai ”Bapak Kecerdasan Buatan”.  



Perkembangan kecerdasan buatan sendiri terbilang pesat semenjak kecerdasan buatan diaplikasikan dalam dunia industri. Dimulai dengan ditemukannya ”sistem pakar” (expert system) yang dinamakan R1 yang mampu mengonfigurasi sistem-sistem komputer baru. Program tersebut mulai dioperasikan di Digital Equipment Corporation (DEC), McDermot tahun 1982.

Nah, untuk sekarang ini, kecerdasan buatan apa sih yang cukup populer?



Salah satunya yakni Perintah suara pada perangkat pintar yang salah satunya adalah Google Voice Search yang ada pada Android Jelly Bean. Hebatnya, ternyata sistem ini bekerja bak otak manusia.

Perintah suara mulai menggaung setelah kemunculan Siri Apple di iPhone 4S pada akhir 2011 lalu. Fitur ini bisa digunakan untuk mencari restoran terdekat, melihat ramalan cuaca, memeriksa jadwal, dan beberapa hal ringan lain hanya dengan memerintahnya. Saat itu Google Voice masih sebatas perintah suara dan belum bisa dibilang pesaing Siri, namun lambat laun fungsinya menjadi luas dan lebih canggih hingga menjadi alternatif Siri yang cukup memikat.



Namun di balik fungsi Google Voice yang mudah digunakan itu ternyata cara kerjanya tergolong rumit. Bahkan bisa disetarakan dengan sistem otak manusia yang dihuni oleh berjuta-juta syaraf.


 

"Ketika Anda berbicara dengan Google Voice, maka spectrogram yang diucapkan akan dipecah dan dikirim ke delapan server Google. Data ini kemudian diolah menggunakan model jaringan syaraf," kata Vincent Vanhoucke, ilmuwan Google yang membuat aplikasi tersebut.

Lebih lanjut Vanhoucke menjelaskan bagaimana cara kerja Google Voice yang seluruh prosesnya dikerjakan di 'awan'. Google juga mengklaim punya banyak sekali pola suara yang bisa dipakai untuk mengenali perintah yang disebutkan, dan pola-pola ini terus dikembangkan agar bisa lebih presisi mengenali perintah pengguna.